BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Partisi zat-zat terlarut antara dua
cairan yang tidak campur menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk
pemisahan analitis. Bahkan dimana tujuan primer bukan analitis namun
preparatif, ektraksi pelarut merupakan suatu langkah penting dalam urutan
menuju ke suatu produk murni itu dalam laboratorium organik, anorganik atau
biokimia. Meskipun kadang-kadang digunakan peralatan yang rumit namun
seringkali diperlukan hanya sebuah corong pisah. Seringkali suatu pemisahan ekstraksi
pelarut dapat diselesaikan dalam beberapa menit, pemisahan ektraksi biasanya
bersih dalam arti tak ada analog kopresipitasi dengan suatu sistem yang terjadi
(Day dan Underwood, 1986, hal: 461)
Di
antara berbagai metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi
air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular. Alasan utamanya
adalah pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro.
Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali corong pemisah.
Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan `perbandingan
tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzene,
karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat
ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini dapat
digunakan untuk preparative, pemurnian, pemisahan dan analisis kemudian
berkembang metode yang baik, sederhana dan cepat. Berdasarkan penjabaran di
atas maka untuk memperdalam pengetahuan tentang
teknik ekstraksi
minyak dari kelapa dengan kloroform dengan menggunakan ekstraksi soxhletasi maka
dilakukanlah percobaan ekstraksi pelarut padat cair (Khopkar, 2008,
hal: 90).
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dari percobaan ini adalah:
1.
Bagaimana
mengenal cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet ?
2.
Berapa kadar
lemak dalam sampel kelapa dengan metode ekstraksi soxhlet ?
C.
Tujuan Percobaan
Tujuan
dari percobaan ini adalah:
1.
Mengenal
cara pemisahan dengan metode ekstraksi soxhlet.
2.
Menghitung
kadar lemak dalam sampel kemiri dengan metode ekstraksi soxhlet.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan tentang Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera)
adalah satu jenis
tumbuhan
dari suku aren-arenan atau Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos.
Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap
sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir.
Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini.
Klasifikasi ilmiah dari kelapa adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Cocos
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera
Pohon dengan batang tunggal
atau kadang-kadang bercabang. Akar serabut, tebal dan berkayu, berkerumun membentuk bonggol,
adaptif pada lahan berpasir pantai. Batang beruas-ruas namun bila sudah tua
tidak terlalu tampak, khas tipe monokotil dengan pembuluh menyebar (tidak
konsentrik), berkayu. Kayunya
kurang baik digunakan untuk bangunan. Daun tersusun secara majemuk, menyirip
sejajar tunggal, pelepah pada ibu tangkai daun pendek, duduk pada batang, warna
daun hijau kekuningan. Bunga tersusun majemuk pada rangkaian yang dilindungi oleh
bractea, terdapat bunga jantan dan betina, berumah satu, bunga
betina terletak di pangkal karangan, sedangkan bunga jantan di bagian yang jauh
dari pangkal. Buah
besar, diameter 10 cm sampai 20 cm atau bahkan lebih, berwarna kuning, hijau,
atau coklat; buah tersusun dari mesokarp berupa serat yang
berlignin, melindungi bagian endokarp
yang keras dan kedap air; endokarp melindungi biji yang hanya dilindungi
oleh membran yang melekat pada sisi dalam endokarp. Endospermium berupa cairan
yang mengandung banyak enzim, dan fase padatannya mengendap pada dinding
endokarp ketika buah menua, embrio kecil dan baru membesar ketika buah siap untuk berkecambah
(“Kelapa”, 2012).
B.
Tinjauan tentang Lemak
Lemak merujuk pada sekelompok besar molekul-molekul alam yang
terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di
dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di
dalamnya getah dan steroid) dan
lain-lain. Karena struktur molekulnya yang kaya akan rantai unsur karbon (-CH2-CH2-CH2-) maka lemak mempunyai sifat hidrophob. Ini menjadi alasan yang menjelaskan sulitnya lemak untuk larut di
dalam air. Lemak dapat larut hanya di larutan yang apolar atau organik seperti:
eter, kloroform, atau benzol.
Lemak secara
khusus menjadi sebutan bagi minyak hewani pada suhu ruang, lepas dari wujudnya
yang padat maupun cair, yang terdapat pada jaringan tubuh yang disebut adiposa
(“Lemak”, 2012).
Lemak
hewan umunya berupa zat padat pada suhu ruangan sedangkan lemak yang berasal
dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak yang mempunyai titik lebur yang tinggi
mengandung asam lemak jenuh sedangkan lemak cair atau yang biasa disebut minyak
mengandung asam lemak tidak jenuh. Pada umumnya lemak apabila dibiarkan lama di
udara akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan oleh
proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas. Di samping itu dapat pula
terjadi proses oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh yang hasilnya akan menambah
bau dan rasa yang tidak enak (Poedjiadi, 2009, hal: 61-62).
C. Tinjauan tentang
Ekstraksi
Ekstraksi adalah
pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut
antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut
tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan
padat dan cair tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan
mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja, karena komponennya
saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat
fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah.
Dalam hal semacam itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang
dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. (“Ekstraksi”, 2012).
Ekstraksi
pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) diantara dua fase cair
yang tidak saling bercampur tersebut. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk
Beberapa cara dapat
mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara klasik adalah mengklasifikasikan
berdasarkan sifat yang zat yang diekstraksi, sebagai khelat atau sistem ion
berasosiasi. Akan tetapi klasifikasi sekarang didasarkan pada hal yang lebih
ilmiah yaitu proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam berlangsung, maka
proses ekstraksi berlangsung dengan mekanisme tertentu. Berarti jika ekstraksi
berlangsung melalui pembentukan khelat atau struktur cincin, ekstraksi dapat
diklasifikasikan sebagai ekstraksi khelat. Misalkan melalui ekstraksi uranium
dengan 8-hidroksikuinilin pada kloroform atau ekstraksi besi dengan cupferron
pada pelarut karbon tetraklorida. Golongan ekstraksi berikutnya dikenal sebagai
ekstraksi melalui solvasi sebab spesies ekstraksi di solvasi ke fase organik.
Contoh dari golongan ini adalah ekstraksi besi (III) dari asam hidroklorida
dengan dietileter atau ekstraksi uranium dari media asam nitrat dengan
tributilfosfat. Kedua ekstraksi dimungkinkan akibat solvasi spesies logam ke
fase organik. Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang melibatkan pembentukan
pasangan ion (Khopkar, 2008, Hal : 91).
Dalam
suatu pemisahan yang ideal oleh ekstraksi pelarut, seluruh zat yang diinginkan
akan berakhir dalam satu pelarut dan semua zat penganggu dalam pelarut yang
lain. Transfer semua zat semua zat atau tidak sama sekali dari pelarut satu ke
pelarut yang lain merupakan hal yang langka dan kemungkinan menemukan bahwa campuran zat-zat yang memiliki
sedikit perbedaan untuk beralih dari
satu pelarut ke pelarut lain. Jadi transfer
tidaklah menimbulkan pemisahan yang bersih. Dalam hal ini harus
mempertimbangkan cara terbaik untuk menggabung sejumlah pemisahan parsial yang
berurutan sampai akhirnya mencapai derajat kemurnian yang diinginkan ( Day dan
Underwood, 1986, hal: 472).
Metode soxhlet ini dipilih karena
pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan) dan larutan sari yang
dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang
digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi.
Waktu yang digunakan lebih cepat. Kerugian metode ini ialah pelarut yang
digunakan harus mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang
tahan panas (Riskaauliarahma, 2012)
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
A.
Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Senin/ 30 April
2012
Pukul : 14.00 – 16. 30 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Analitik
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin
Makassar
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Adapun
alat yang digunakan pada percobaan ini adalah rangkaian soxhlet (labu alas bulat, baskom, aerator thimbel
dan kondensor), rangkaian alat destilasi (labu destilasi, kondensor, kompor
listrik, steel head, termometer, Erlenmeyer, receive adaptor, statik dan klem),
neraca analitik, gelas kimia dan botol semprot.
2.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah Bahan yang
digunakan pada percobaan ini adalah aluminium foil, aquadest (H2O),
benang, kapas, kelapa (Coconus
nucifera ), kertas saring dan kloroform (CHCl3).
C.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari percobaan ini adalah:
1.
Menghaluskan
sampel kelapa dan menimbang kelapa halus
31,4 gram.
2.
Membuat
filter dari kertas saring, kemudian pada bagian bawah dialas dengan kapas,
kemudian memasukkan kelapa halus dan metutup kertas saring.
3.
Mengikat kertas saring dengan benang supaya sampel
tidak terbuka pada proses ekstraksi.
4.
Menimbang
volume kosong labu alas bulat.
5.
Memasukkan
kloroform ke dalam labu alas bulat, menimbang volumenya.
6.
Memasukkan
sampel kelapa ke dalam slonsong dan menahannya dengan penutup labu.
7.
Membuat
rangkaian soxlet
8.
Mengekstraksi
kelapa dengan kloroform selama ±2 jam atau paling sedikit 5 kali sirkulasi
9.
Menimbang
hasil ekstraksi dalam labu alas bulat.
10. Menghitung kadar
minyak kelapa.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
1.
Gambar
Ekstraksi Soxhlet
a)
Kondensor : berfungsi sebagai
pendingin, dan juga untuk mempercepat proses pengembunan.
b)
Timbal : berfungsi sebagai wadah
untuk sampel yang ingin diambil zatnya.
c)
Pipa F : berfungsi sebagai jalannya
uap, bagi pelarut yang menguap dari proses penguapan.
d)
Sifon : berfungsi sebagai
perhitungan siklus, bila pada sifon larutannya penuh kemudian jatuh ke labu
alas bulat maka hal ini dinamakan 1 siklus
e)
Labu alas bulat : berfungsi sebagai
wadah bagi sampel dan pelarutnya.
f)
Hot plate : berfungsi sebagai
pemanas larutan
2.
Analisis Data
Bobot cawan = 45,5
gram
Bobot cawan + sampel =
95,9 gram
Selisih sampel =
64,5 gram
Bobot sampel (kelapa) =
95,9 gram – 64,5 gram
=
31,4 gram
Bobot minyak =
23,28 gram
Kadar minyak = Bobot minyak
x 100 %
Bobot
sampel
= 23,28 gram x 100 %
31,4 gram
= 0,7414 x 100 %
=
74,14 %
B. Pembahasan
Dasar teori
ekstraksi padat-cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada
padatan menggunakan pelarut organik.
Ekstraksi soxhlet digunakan untuk mengekstrak senyawa yang kelarutannya
terbatas dalam suatu pelarut dan pengotor-pengotornya tidak larut dalam pelarut
tersebut. Sampel yang digunakan dan yang dipisahkan berbentuk padatan.
Sebagian besar senyawa kimia
berada dalam keadaan bercampur dengan senyawa lain atau keadaan tidak murni.
Untuk beberapa keperluan seperti sintesis senyawa kimia yang memerlukan bahan
baku senyawa kimia dalam keadaan murni, sehingga perlu dilakukan pemisahan.
Jika komponen terlarut sangat sedikit larut atau disebabkan oleh bentuknya
sehingga proses pelarutan sangat lambat, maka perlu dilakukan pemisahan,
diantaranya menggunakan ekstraksi. Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif
untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen
zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar
muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Pada percobaan ini digunakan metode
ekstraksi soxhlet. Prinsip kerja metode alat ini adalah penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara ditempatkan dalam
selonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyaringan
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyaring yang jatuh ke dalam
selonsong menyaring zat aktif dan jika cairan penyaring telah mencapai
permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui
pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
Pada
percobaan ini digunakan sampel kelapa dan kloroform untuk menentukan kadar minyak
yang terkandung di dalam kelapa tersebut. Banyak sampel kelapa yang diinginkan yaitu 31,4 gram ditimbang
pada neraca analitik atau neraca digital
yang kemudian dimasukkan ke dalam filter. Filter adalah salah satu bagian dari rangkaian
soxhlet. Cara memasukkan sampel yaitu dengan menyimpan sampel diatas kertas
saring kemudian dgulung dan diikat dengan benang yang berwarna putih. Tujuan
diikat dengan benang untuk mengeratkan gulungan kertasa saring yang berisi
sampel. Kloroform dimasukkan kedalam labu alas bulat, 2/3 banyaknya kloroform
pada labu alas bulat. Kloroform merupakan larutan yang mudah menguap dan
merupakan pelarut organik yang baik, kemudian di rangkaikan dengan ekstraksi
soxhlet dan dilakukan 5 sirkulasi. Setelah
sirkulasi selesai minyak kemiri bergabung dengan kloroform dalam labu
alas bulat. Dan diperoleh kadar lemak dari kelapa yaitu 74,14 %. Ini artinya
dalam 31,4 gram sampel kelapa terdapat 74,14 % minyak yang terkandung di dalam
kelapa tersebut. Hasil percobaan ini
sesuai dengan teori karena menurut literatur kandungan minyak pada
kelapa yang masih muda mengandung minyak sebesar 26,67% sedangkan kelapa yang
digunakan pada percobaaan ini adalah kelapa yang tua, tentu saja kandungan
minyaknya 3x lebih banyak dengan kandungan minyak pada kelapa mudah sehingga percobaan
ini dapat dikatakan berhasil.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini yaitu :
1.
Pemisahan
lemak dari sampel kelapa dilakukan dengan metode ekstraksi soxhletasi selama 5
kali sirkulasi.
2.
Kadar lemak
yang terkandung pada kelapa yaitu 74.04 %.
B.
Saran
Alimin, Muh.
Yunus, Irfan Idris. Kimia Analitik. Makassar. Alauddin
Press: 2007
Day, R.A dan
Underwood, Al. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. 1986
“Ekstraksi”.http://www.chemistry.org/materi_kimia/kimiaindustri/teknologiproses/ekstraksi/.
2012 (2 Mei 2012)
Khopkar S.M. Konsep dasar Kimia Analitik. Jakarta. Universitas Indonesia (UI):
2008
“Lemak”. Wikipedia the encyclopedia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Lemak.
2012 (2 Mei 2012)
Poedjiadi, Anna. Dasar-dasar Biokimia.
Jakarta. Universitas Indonesia (UI): 2009
“Proses Pemisahan”. Wikipedia the
Encyclopedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Proses pemisahan.
2012 (2 Mei 2012)
LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan
lengkap paktikum Dasar-dasar Pemisahan Kimia dengan judul
“ Ekstraksi Pelarut Padat Cair “ disusun oleh
:
Nama : Abdul Rahman Arif
NIM : 60500110002
Kelompok
: I (Satu)
telah
diperiksa dan dikonsultasikan oleh koordinator asisten/asisten dan dinyatakan
diterima.
Samata, Mei 2012
Koordinator Asisten, Asisten,
(
Wahyuni S.Si )
( Fitria
Azis S.Si. S.Pd )
Mengetahui
Dosen
Penanggung Jawab
(
Dra. Sitti Chadijah M. Si )
Nip
: 19680216 199903 2001
No comments:
Post a Comment