LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan lengkap paktikum Kimia
Anorganik dengan judul “ Turbiditas dan
Grain
Size” disusun oleh :
Nama : Abdul Rahman Arif
NIM : 60500110002
Kelompok : II (Dua)
telah
diperiksa dan dikonsultasikan oleh koordinator asisten/asisten dan dinyatakan
diterima.
Samata, April 2012
Koordinator
Asisten
Asisten
(
Wahyuni S.Si ) ( Ahmad Yani S.Si )
Mengetahui
Dosen
Penanggung Jawab
(
Syamsidar HS. S.T, M. Si )
NIP
: 19760330 200912 2 002
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Aspek
pengelolaan lingkungan hidup akan berjalan efektif dan efisien apabila didukung
oleh laboratorium yang mampu menghasilkan data yang absah, tidak terbantahkan
serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maupun secara hukum. Untuk
mendapatkan validitas data pengujian yang dapat dipercaya sesuai tujuan yang
diharapkan, maka bukan hanya dibutuhkan peralatan dan personel serta pengambilan sampel, tetapi juga prosedur dan teknik
pengambilan sampel. Pengambilan sampel adalah suatu prosedur tertentu yang diikuti apabila
suatu substansi, bahan atau produk diambil untuk keperluan pengujian sampel
yang representatif dari keseluruhannya. Karena itu, pengambilan sampel harus
mewakili kumpulannya dan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: perencanaan
pengambilan sampel, petugas pengambil sampel, prosedur pengambilan sampel,
peralatan pengambil sampel yang digunakan, frekuensi pengambilan sampel,
keselamatan kerja dan dokumentasi terkait pengambilan sampel. Proses
pengambilan sampel jika tidak dilakukan
secara benar, maka secanggih
apapun peralatan yang dipergunakan tidak akan menghasilkan data yang dapat
menggambarkan kondisi sesungguhnya. Pengambilan
sampel harus memenuhi kesesuaian terhadap standar baku yang telah diakui baik
secara internasional maupun nasional, seperti standar EPA, WHO, maupun SNI, jika tidak
akan mengakibatkan langkah-langkah selanjutnya seperti pengawetan, transportasi, penyimpanan, preparasi, maupun pengujian di laboratorium, akan sia-sia
serta membuang waktu dan biaya (Anonim, 2012).
Satu faktor yang sangat penting dan
menentukan bahwa air yang layak konsumsi adalah kandungan TDS (Total Dissolved Solids) atau
kandungan unsur mineral dalam air. Contoh unsur mineral dalam air adalah: zat
kapur, besi, timah, magnesium, tembaga, sodium, chloride, dan chlorine. Air
yang mengandung mineral tinggi sangat tidak baik untuk kesehatan. Mineral dalam
air tidak hilang dengan cara direbus. Mineral yang baik bagi tubuh manusia
adalah mineral organik yang berasal dari sayur, buah, daging, telor, atau susu.
Mineral di dalam air disebut mineral nonorganik atau mineral dari benda mati
yang tidak bisa diuraikan oleh tubuh (Anonim, 2012).
Turbidimeter adalah alat yang
digunakan untuk megetahui tingkat turbiditas atau kekeruhan sampel zat cair
sedangkan grain size adalah alat yang digunakan untuk mengukur partikel suatu
senyawa yang zat padat. Berdasarkan hasil penjabaran di atas maka dilakukanlah
percobaan tentang turbiditas dan grain size.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
cara menentukan kekeruhan sampel dengan turbidimeter ?
2.
Bagaimana
cara menentukan partikel senyawa dengan
pan sieve shaker ?
C.
Tujuan Percobaan
1.
Menentukan
kekeruhan sampel dengan turbidimeter.
2.
Menentukan
partikel suatu senyawa dengan grain pan sieve shaker.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Langkah
awal dalam menentukan lokasi pengambilan sampel air sungai adalah mengetahui
keadaan geografi sungai dan aktivitas di sekitar daerah aliran sungai. Menurut
Hadi (2007, hal: 44) pada umumnya, lokasi pengambilan sampel meliputi:
a.
Daerah
hulu atau sumber air alamiah, yaitu lokasi yang belum tercemar. Lokasi itu
berperan untuk identifikasi kondisi asal atau base line sistem tata air.
b.
Daerah
pemanfaatan air sungai, yaitu lokasi di mana air sungai dimanfaatkan untuk
bahan baku air minum, air untuk rekreasi, industri, perikanan, pertanian dan
lain-lain. Tujuannya adalah untuk mengetahui kualitas air sebelum dipengaruhi
oleh suatu aktifitas.
c.
Daerah
potensial terkontaminasi, yaitu lokasi yang mengalami perubahan kualitas air
oleh aktivitas industri, pertanian, domestik, dan sebagainya. Lokasi itu
dipilih untuk mengetahui hubungan antara pengaruh aktivitas tersebut dan
penurunan kualitas air sungai.
d.
Daerah
pertemuan dua sungai atau lokasi masuknya anak sungai. Lokasi itu dipilih
apabila terdapat aktivitas yang mempunyai pengaruh terhadap penurunan kualitas
air sungai.
e.
Daerah
hilir atau muara, yaitu daerah pasang –surut yang merupakan pertemuan antara
air sungai dan air laut. Tujuannya untuk mengetahui kualitas air sungai secara
keseluruhan. Apabila data hasil pengujian di daerah hilir dibandingkan dengan
data untuk daerah hulu, evaluasi tersebut dapat menjadi bahan kebijakan
pengelolaan air sungai secara terpadu.
Sungai
lokasi pengambilan sampel diperkirakan telah bercampur secara sempurna. Untuk
mengetahuinya , perlu dilakukan uji homogenitas air sungai. Uji homogenitas
dilakukan dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada
kedalaman tertentu. Parameter ujinya antara lain suhu, derajat keasaman (pH),
oksigen terlarut (DO) dan daya hantar listrik (DHL). Apabila hasil pengujian
parameter di beberapa titik tersebut tidak berbeda jauh, yaitu kurang dari 10%
dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pencampuran sempurna di anatara kedua air
sungai itu (Hadi, 2007, hal: 45)
Kecerahan
adalah sebagian cahaya yang diteruskan dan dinyatakan dengan persen dari
beberapa panjang gelombang di daerah spectrum yang terlihat cahaya yang melalui
lapisan sekitar satu meter, jatuh agak lurus pada permukaan air. Apabila
kecerahan tidak baik berarti perairan itu keruh. Kekeruhan itu terjadi karena
plankton , humus, suspensi lumpur dan juga kadang-kadang oleh hidroksida besi.
Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan maka dapat diketahui sampai di mana
masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan
manakah yang tidak keruh dan sebagainya. Kekeruhan perairan dapat menghambat
pertumbuhan organism yang dibudidayakan bahkan membahayakan. Kekeruhan yang
diakibatkan oleh peledakan plankton karena nutrisi yang berlebihan sangat
menghambat aktivitas organisme (Kordi, 1996, hal: 41).
Kekeruhan
yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik atau
plankton. Nilai kecerahan yang baik untuk kelangsungan hidup ikan adalah lebih
besar dari 45 cm, karena kalau lebih kecil dari nilai tersebut, batas pandang
ikan akan berkurang. Walaupun plankton jasad renik yang paling ideal penyebab
kekeruhan, namun ada jenis plankton tertentu yang mengandung racun, seperti
microcytis. Menurut beberapa petambak, kekeruhan yang baik adalah sekitar 25-35
cm, ukuran ini sangat baik bagi kekeruhan yang disebabkan oleh plankton.
Kekeruhan yang disebabkan oleh suspense lumpur atau hidroksida besi sangat
berbahaya (Kordi, 1997, hal: 42).
Menurut
Kordi (1996, hal: 42-43) cara untuk menanggulangi kekeruhan atau mempertahankan
kecerahan antara lain :
a.
Petak
pengendapan merupakan cara yang paling sederhana yang dilakukan dengan membuat
petak pengendapan, air disimpan di dalam petak pengendapan selama 1-2 hari
kemudian air dari lapisan atas yang telah jernij dialirkan ke dalam tambak.
b.
Penanaman
tumbuhan air berfungsi juga untuk mengurangi kekeruhan akibat lumpur karena
sifaf akar tumbuhan air yang dapat mengikat lumpur.
c.
Pergantian
air adalah cara yang paling baik untuk menanggulangi peledakan plankton, air
pada lapisan atas segera dikelurkan dan digantikan dengan air baru yang masih
dalam keadaan segar.
Analisis
secara turbidimetri merupakan analisis berdasarkan pengukuran turbiditas (S)
atau kekeruhan dari suatu suspensi. Kekeruhan dapat disebabkan oleh bahan-bahan
tersuspensi yang bervarisasi dari ukuran koloidal sampai dispersi kasar,
tergantung dari derajad turbulensinya. Pengukuran intensitas cahaya yang
ditransmisi sebagai fungsi dari konsentrasi fase terdispersi adalah dasar dari
analisis turbidimetri. Dalam membuat kurva kalibrasi dianjurkan dalam penerapan
turbidimetri karena hubungan antara sifat-sifat optis suspensi dan konsentrasi
fase terdispersinya paling jauh adalah semi empiris. Agar kekeruhan (turbidity)
itu dapat diulang penyiapannya haruslah seseksama mungkin, endapan harus sangat
halus. Intensitas cahaya bergantung pada banyaknya dan ukuran partikel dalam
suspensi sehingga aplikasi analitik dapat dimungkinkan. Prinsip spektroskopi
absorbsi dapat digunakan pada turbidimeter, dan nefelometer. Untuk
turbidimeter, absorpsi akibat partikel yang tersuspensi diukur sedangkan pada
nefelometer, hamburan cahaya oleh suspensilah yang diukur. Meskipun presisi
metode ini tidak tinggi tetapi mempunyai kegunaan praktis, sedang akurasi
pengukuran tergantung pada ukuran dan bentuk partikel. Setiap instrument
spektroskopi absorpsi dapat digunakan untuk turbidimeter, sedangkan nefelometer
memerlukan reseptor pada sudut terhadap
lintasan cahaya (Anonim, 2012).
Turbiditas
merupakan sifaf optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai
perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas
cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika
kondisi-kondisi lainnya konstan. Metode pengukuran turbiditas dapat
dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu pengukuran perbandingan intensitas
cahaya yang dihamburkan terhadap intensitas cahaya yang datang, pengukuran
efek ekstingsi dan nefelometer.
Turbiditas berbanding lurus terhadap konsentrasi dan kekebalan tetapi
turbiditas tergantung juga pada warna. Prinsip spektroskopi absorpsi dapat
digunakan pada turbidimeter dan nefelometer. Untuk turbidimeter, absorpsi
akibat partikel yang tersuspensi diukur sedangakan pada nefelometer, hamburan
cahaya oleh suspensilah yang diukur. Meskipun presisi metode ini tidak tinggi
tetapi mempunyai kegunaan praktis sedang akurasi pengukuran tergantung pada
ukuran dan bentuk Kristal (Khopkar, 2008, hal: 257).
Turbiditas
yang diakibatkan suatu suspensi adalah:
Di mana S merupakan turbidansi, Po
merupakan intensitas cahaya yang datang, merupakan panjang gelombang, P merupakan intensitas cahaya
yang dileawtkan , c merupakan konsentrasi, b merupakan ketebalan lapisan
sampel, d merupakan diameter rata-rata partikel dari , K merupakan ketetapan. Persamaan-persamaan ini berlaku
untuk larutan encer. Untuk radiasi monokromatis , K, d, adalah tetapan sehingga persamaan di atas dapat diringkas menjadi:
bc atau
Persamaan ini sepadan dengan hokum
Beer (Khopkar, 2008, hal: 258).
Grain Size yang
besar akan meningkatkan keuletan suatu material, tapi dengan begitu kekuatan dari
material akan cenderung turun akibat kekerasannya yang turun. Grain size
berpengaruh pada sifat material karena berhubungan dengan penghambatan
pergerakan dislokasi. Pergerakan dislokasi akan membuat suatu material mudah
terdeformasi dan jika dihambat maka akan menambah tingkat kekerasan (Anonim,
2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
1.
Waktu
Hari /tanggal : Kamis/12 April 2012
Pukul : 13.00 – 17.00 WITA
2.
Tempat
Laboratorium Kimia Anorganik
Lantai I Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Alauddin Makassar
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat
a.
Botol
semprot 1 buah
b.
Corong 1 buah
c.
Erlenmeyer
1 buah
d.
Gelas
kimia 500 mL 1 buah
e.
Turbidimeter 1 buah
f.
Pan
sieve sheker 1 buah
g.
Pipet
tetes 1 buah
h.
Spatula
1 buah
2.
Bahan
a.
Air
sungai 160
mL
b.
Kertas
saring biasa 1
buah
c.
Kertas
saring whatman no. 1 1 buah
d.
Kertas
saring whatman no. 42 1 buah
e.
Tepung
beras 100
gr
f.
Tissue 1
gulung
C. Prosedur Kerja
1.
Turbiditas
a.
Verifikasi
Alat
1)
Standar
0,1 NTU pembacaan pada turbidimeter 0,08.
2)
Standar
20 NTU pembacaan pada turbidimeter 18,7.
3)
Standar
200 NTU pembacaan pada turbidimeter 183.
4)
Standar
800 NTU pembacaan pada turbidimeter 716.
b.
Menyiapkan
sampel air sungai
1)
Memasukkan
sampel air sungai ke dalam pupet lalu menganalisa secara triplo.
2)
Menyaring
sampel kedua dengan kertas saring biasa kemudian memasukkan ke dalam pupet
selanjutnya mengukur filtratnya dengan alat turbiditas dan menganalisis secara
triplo.
3)
Menyaring
sampel ketiga dengan kertas saring whatman no. 1 kemudian memasukkan ke dalam
pupet selanjutnya mengukur filtratnya dengan alat turbiditas dan menganalisis
secara triplo.
4)
Menyaring
sampel keempat dengan kertas saring whatman no. 42 kemudian memasukkan ke dalam
pupet selanjutnya mengukur filtratnya dengan alat turbiditas dan menganalisis
secara triplo.
2.
Grain
size
a.
Memilih
susunan pan sieve yang cocok.
b.
Menimbang
semua pan sieve dalam keadaan kosong dan kering.
c.
Menyusun
kembali sheker.
d.
Menimbang
sampel sebanyak 100 Gr.
e.
Menjalankan
sheker pada amplitude 50-60 selama 15 menit.
f.
Menimbang
masing-masing pan sieve dengan campuran sampelnya.
g.
Hasil
penimbangan di masukkan dalam table.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
1.
Tabel
a)
Tabel
Grain Size
No.
|
Ukuran
pori
()
|
Faktor
()
|
Berat
pan kosong (gr)
|
Beratpan
+ sampel (gr)
|
Berat
sampel ()
|
1
|
425
|
967
|
300
|
305,6
|
4,7
|
2
|
150
|
287,5
|
246,5
|
269,8
|
23,4
|
3
|
90
|
120
|
251,7
|
275,7
|
24
|
4
|
63
|
76,5
|
239,2
|
276
|
36,8
|
5
|
Base
pan
|
66
|
359,7
|
370,1
|
10,4
|
|
Total
|
1517
|
1397,1
|
1497,2
|
99,2
|
%
sampel
|
|
|
|
|
4,67
|
4544,9
|
-789,325
|
618307,005
|
2906042,924
|
23,11
|
6698,75
|
-109,827
|
12061,969
|
281043,877
|
23,8
|
2880
|
57,673
|
3326,174
|
79828,176
|
36,51
|
2815,2
|
101,173
|
10235,975
|
376683,88
|
10,31
|
686,4
|
111,673
|
12440,858
|
129384,923
|
98,4
|
17625,25
|
-628,633
|
656372
|
3772984
|
b)
Tabel
Turbiditas
NO.
|
Sampel
|
Perlakuan
1
2
3
|
1
|
I
|
48,8 NTU 46,2 NTU 43,3
NTU
|
2
|
II
|
23,6 NT U 23,3 NTU 24,3 NTU
|
3
|
III
|
14,4 NTU 15,3 NTU 14,2 NTU
|
4
|
IV
|
10,1 NTU 13,8 NTU 13,4 NTU
|
2. Analisa
Data
Ma =
=
= 177,673
Sd =
=
= 195,0233
Cu =
=
= 109,7652 %
B.
Pembahasan
Pada
praktikum ini dilakukan dua percobaan yaitu pengukuran partikel suatu senyawa
dengan menggunakan grain size dan pengujian tingkat kekeruhan air atau
turbiditas dengan menggunakan turbidimeter. Pada percobaan pertama ini
dilakukan pengukuran partikel suatu zat dimana sampel yang digunakan adalah
tepung beras sebanayak 100 gr, disini digunakan sampel tepung beras karena
memiliki partikel yang agak besar sehingga dapat dibedakan ukuran partikelnya,
setelah itu menimbang pan sieve terlebih dahulu pada neraca digital lalu memasukkan
sampel tersebut ke dalam pan sieve yang paling atas dan dijalankan grain size
tersebut dengan amplitude 50-60 selama 10 menit, Setelah itu menimbang kembali pan sieve yang berisi
sampel. Dari hasil percobaan tersebut di dapatkan hasil bahwa pan sieve yang
paling atas memiliki ukuran partikel yang paling besar sedangkan pan sieve yang
paling bawah memiliki ukuran partikel yang paling halus. Disamping itu pula
terjadi pengurangan pada sampel, hal ini disebabkan karena sampel tersebut melengket
pada wadah yang ditempatinya.
Pada
percobaan ini dilakukan pula turbiditas atau tingkat kekeruhan air dengan
menggunakan turbidimeter. Sampel yang digunakan yaitu air sungai dengan
beberapa titik pengambilan sampel, pada percobaan ini dilakukan secara triplo
setiap kertas saring yang digunakan. Menyaring sampel air sungai dengan kertas
saring biasa, kertas saring whatman nomor 1 dan kertas saring whatman nomor 42
setelah itu dimasukkan ke dalam kupet lalu mengukur mengukur filtratnya dan
diukur dengan alat turbiditas. Disini digunakan kertas saring yang berbeda-beda
karena untuk mengetahui perbedaan dari kejernihan sampel yang disaring. Sampel
yang menggunakan kertas saring nomor 42 merupakan sampel yang paling sedikit
atau bahkan tidak mengandung logam-logam dan partikel-partikel yang ada di
dalam sampel tersebut. Dari percobaan tersebut di dapatkan hasil, sampel yang
menggunakan kertas saring biasa paling
banyak mengandung logam-logam dan partikel-partikel yang tidak bermanfaat yang
menyebabkan sampel air tersebut menjadi keruh, hal ini disebabkan karena kertas
saring tersebut memiliki por-pori yag besar sehingga masih ada logam atau
partikel yang tidak tersaring sedangkan sampel yang menggunakan kertas saring
whatman nomor 42 memiliki tingkat kekeruhan yang paling sedikit, hal ini
disebabkan karena kertas saring yang digunakan memeiliki pori-pori yang paling
kecil sehingga logam-logam atau partikel sekecil apapun akan tersaring pada
kertas saring tersebut.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
dari percobaan ini adalah:
1.
Tingkat
kekeruhan pada sampel air sungai I adalah 46,1, sampel II adalah 23,7, sampel
III adalah 15,6 dan sampel IV adalah 12,4.
2.
Untuk
grain size hasil yang diperoleh adalah sebanyak
Ma (Mean aperture) = 177,673
Sd (standar deviasi) = 195,0233
Cv
(Coefficient deviasi) = 109,7652 %
B. Saran
Saran dari percobaan ini adalah
sebaiknya pada percobaan selanjutnya menggunakan sampel air laut atau air
pegunungan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat agar dapat dketahui tingkat
kekeruhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim .
Analisis Secara Turbidimetri. http://id.shvoong.com/ 16 juli 2011
Anonim . Grain size. http//Wikipedia.org/ 14
April 2012
Hadi, Anwar. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, 2007
Khopkar, S.M. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia
(UI-Press), 2008
Kordi, K. M. Ghufran H. Parameter Kualitas Air. Surabaya : Karya
Anda, 1996