LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan
lengkap paktikum Dasar-dasar Pemisahan Kimia dengan judul
“ Ekstraksi Pelarut Cair-cair “ disusun oleh :
Nama : Abdul Rahman Arif
NIM : 60500110002
Kelompok
: I (Satu)
telah
diperiksa dan dikonsultasikan oleh koordinator asisten/asisten dan dinyatakan
diterima.
Samata, April 2012
Koordinator
Asisten, Asisten,
(
Wahyuni S.Si )
( Wahyuni S.Si )
Mengetahui
Dosen
Penanggung Jawab
(
Dra. Sitti Chadijah M. Si )
Nip
: 19680216 199903 2001
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Partisi zat-zat terlarut antara dua
cairan yang tidak campur menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk
pemisahan analitis. Bahkan dimana tujuan primer bukan analitis namun
preparatif, ektraksi pelarut merupakan suatu langkah penting dalam urutan
menuju ke suatu produk murni itu dalam laboratorium organik, anorganik atau
biokimia. Meskipun kadang-kadang digunakan peralatan yang rumit namun
seringkali diperlukan hanya sebuah corong pisah. Seringkali suatu pemisahan
ekstraksi pelarut dapat diselesaikan dalam beberapa menit, pemisahan ektraksi
biasanya bersih dalam arti tak ada analog kopresipitasi dengan suatu system
yang terjadi ( Underwood, 1986, hal: 461)
Di antara berbagai jenis metode
pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode
pemisahan yang paling baik dan popular. Alasan utamanya adalah bahwa peemisahan
ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Seseorang tidak
memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali corong pisah. Prinsip metode
ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara
dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzene, karbon tetraklorida
atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat di transfer pada jumlah
yang berbeda dalam keadaan dua fase pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk
kegunaan preparatif, pemurnian, pemisahan serta analisis pada semua skala kerja
(Khopkar, 2008, hal: 90)
Berdasarkan penjabaran di atas maka
untuk memperdalam pengetahuan tentang ekstraksi maka dilakukanlah percobaan
tentang ekstraksi pelarut cair-cair.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dari percobaan ini adalah:
1.
Bagaimana
cara mengetahui metode pemisahan dan cara ekstraksi pelarut pada sampel bayam ?
2.
Menentukan
nilai presentasi kadar lemak yang terkandung dalam sampel daun bayam ?
C.
Tujuan Percobaan
Tujuan
dari percobaan ini adalah:
1.
Mengetahui
metode pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut daun bayam.
2.
Menentukan
nilai presentasi kadar lemak pada sampel daun bayam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ekstraksi adalah
pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan
bantuan pelarut atau dapat pula dikatakan ekstraksi merupakan proses pemisahan satu atau lebih
komponen dari suatu campuran homogeny menggunakan pelarut cair sebagai
separating gen, pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari
komponene-komponen dalam campuran. Ekstraksi pelarut cair-cair merupakan satu
komponen bahan atau lebih dari suatu campuran yang dipisahkan dengan bantuan
pelarut, ektraksi cair-cair tidak dapat
digunakan apabila pemisahan campuran dengan cara destilasi karena
kepekaannya terhadap panas atau tidak ekonomis. Seperti pada ekstraksi
padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari pencampuran secara intensif
bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair sempurna
(Wibawads, 2012).
Ekstraksi
memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat
bercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut
lain. Misalnya idion sebagai pencemar dalam air yang juga mengandung zat
terlarut lain yang tidak larut dalam karbon tetraklorida. dalam kasus seperti
ini, hampir semua iodion dapat diambil dengan mengaduk larutan air dengan
tetraklorida yang memungkinkan kedua fasa terpisah kemudian mengurangi lapisan
air dari lapisan karbon tetraklorida yang
lebih besar. Makin besar tetapan keseimbangan untuk partisi zat terlarut dari
pelarut awalnya dalam pelarut pemisah maka makin sempurna proses pemisahannya (Gillis,
2001, hal: 340).
Pada saat pencampuran terjadi
perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna sebagai
media pembawa dan masuk ke dalam pelarut kedua sebagai media ekstraksi. Sebagai
syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak. saling melarut atau
hanya dalam daerah yang sempit. Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang
berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi
bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu
salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil. Tentu saja
pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan
terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah.
Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas
tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin
segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah
terdistribusi menjadi tetes-tetes harus menyatu kembali menjadi sebuah fasa
homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan
dari cairan yang lain. Kecepatan Pembentukan fasa homogen ikut menentukan
keluaran sebuah ekstraktor cair-cair (Ekstraksi Cair, 2012).
Penyiapan bahan yang akan diekstrak dan pelarut Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen
lain dari bahan ekstraksi. Kelarutan Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan
melarutkan ekstrak yang besar atau kebutuhan pelarut lebih sedikit. Kemampuan
tidak saling bercampur Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh atau hanya
secara terbatas larut dalam bahan ekstraksi. Kerapatan Terutama pada ekstraksi
cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara
pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fase dapat dengan
mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran. Bila beda kerapatannya kecil,
seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal.
Reaktivitas Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia
pada komponen-kornponen bahan ekstarksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu
diperlukan adanya reaksi kimia untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi.
Seringkali ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan
yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan. Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,
destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh
terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk ascotrop. Ditinjau dari segi
ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak
terlalu tinggi (Ekstraksi, 2012).
Bila suatu zat-zat membagi diri antara kedua cairan yang
tidak dapat bercampur, ada satu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat
pelarut dalam kedua fase pada kesetimbangan. Nernst pertama kali memberikan pernyataan
yang jelas mengenai hukum distribusi yang menunjukkan bahwa suatu zat terlarut
akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat bercampur sedemikian rupa
sehingga angka banding konsentrasi pada keseimbangan adalah konstanta pada
temperatur tertentu (Underwood, 1986, hal: 462).
Menurut Khopkar (2008, hal: 92) mekanisme reaksi di bagi
atas tiga tahap, antara lain :
- Pembentukan kompleks tidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi
- Distribusi dari kompleks yang terekstraksi
- Interaksinya yang mungkin dalam fase organik
Kloroform
adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3), Kloroform dikenal
karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan
digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada
suhu ruang berupa cairan,
namun mudah menguap
sedangkan Aseton, juga dikenal sebagai propanon, dimetil keton,
2-propanon, propan-2-on, dimetilformaldehida, dan β-ketopropana,
adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Ia
merupakan keton yang paling sederhana (Kloroform, 2012).
Aseton larut dalam
berbagai perbandingan dengan air, etanol, dietil eter
dan sebagainya. Ia sendiri juga merupakan pelarut
yang penting. Aseton digunakan untuk membuat plastik,
serat, obat-obatan, dan senyawa-senyawa kimia lainnya. Selain dimanufaktur
secara industri, aseton juga dapat ditemukan secara alami, termasuk pada tubuh
manusia dalam kandungan kecil (Aseton, 2012
BAB III
METODE
PERCOBAAN
A.
Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Selasa/16 April
2012
Pukul : 14.00 – 16. 30 WITA
Tempat :
Laboratorium Kimia Analitik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Adapun alat yang
digunakan pada percobaan ini adalah :
a.
Botol
semprot 1
buah
b.
Pipet
tetes 1
buah
c.
Pinset
1
buah
d.
Bulp
1
buah
e.
Batang
pengaduk 1
buah
f.
Corong
1
buah
g.
Botol
pial 1
buah
h.
Kaki
tiga dan kasa 1
buah
i.
Lumpang
dan mortal 1
buah
j.
Statif
dan klem 1
buah
k.
Spritus
1
buah
l.
Pipet
volume 5 mL 1 buah
m.
Gelas
kimia 100 mL 2
buah
n.
Corong
pemisah 250 mL 1
buah
o.
Neraca
digital 1
buah
2.
Bahan
Adapun bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah :
a.
Aseton
( CH3COCH3 )
b.
Aquadest
c.
Daun
bayam
d.
Kertas
saring
e.
Kloroform
(CHCl3)
C.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari percobaan ini adalah:
1.
Menimbang
5 gram daun bayam lalu menggerus dengan menggunakan lumpang dan mortal sampai
mengeluarkan ekstrak yang kental.
2.
Memindahkan
ekstrak sampel ke dalam corong pisah lalu menambahkan 5 mL kloroform dan
mengocoknya.
3.
Mendiamkan
sampel tersebut sampai terjadi pemisahan lalu mengeluarkan lapisan organiknya.
4.
Menambahkan
pelarut organik ke dalam lapisan ekstraknya sampai terbentuk pigmen warna dari
sampel.
5.
Menambahkan
lagi 5 mL kloroform ke dalam ekstraknya lalu
6.
Memisahkan
ekstraknya dengan aseton lalu ditumpung dan menguapkannya.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
5 gr bayam digerus
bayam halus disaring
ekstrak kental (berwarna hijau) +
5 ml kloroform 2 fase
(berwarna hijau) + 5 ml kloroform
2fase (berwarna hijau) + aseton 2 fase (merah dan hijau) diuapkan ekstrak kental 2 fase hasil.
Bayam
= 5 gram
Berat botol kosong =
5,50 gram
Bobot ekstrak kental sebelum pemanasan = 8,92
gram – 5,50 gram
= 3,42 gram
Bobot ekstrak setelah pemanasan = 6,74 gram – 5,50 gram
= 1,24 gram
Bobot ekstrak setelah penguapan = 6,30 gram – 5,50 gram
= 0.8 gram
Persentasi
kadar =
=
= 14,545
%
B. Pembahasan
Pada
percobaan ini dilakukan penimbangan terhadap sampel daun bayam sebanyak 5 gram
lalu digerus sampai mengeluarkan ekstrak yang kental yang akan dijadikan
sebagai ekstrak kemudian di pindahkan ke dalam corong pisah, dimana corong
pisah ini adalah alat utama yang digunakan untuk melakukan esktraksi pelarut
secara cair-cair. Setelah itu ditambahkan 5 ml kloroform, fungsi penambahan
kloloform adalah sebagai pelarut non
polar dan merupakan larutan yang mudah menguap sehingga sampel ekstrak tersebut
tidak larut atau tidak beraksi dengan kloroform. Kemudian di kocok beberapa
menit, fungsi pengocokan ini agar larutan kloroform tersebut dapat bercampur
dengan ekstrak kental dari daun bayam, sehingga terbentuk 2 fase dari cairan
tersebut. Diamkan beberapa menit agar terjadi
dua pemisahan yaitu lapisan organik dan lapisan ekstrak. Lapisan
organiknya di buang sedangkan lapisan ekstraknya dituangkan ke dalam gelas kimia
lalu ditambahkan dengan pelarut organik sampai terbentuk pigmen warna dari
sampel yang digunakan. Kemudian ditambahkan lagi 5 mL kloroform ke dalam
ekstrak tersebut lalu dilakukan dengan perlakuan yang sama seperti yang telah
dilakukan sebelumnya. Setelah itu ditambahkan aseton ke dalam ekstrak tersebut,
fungsi dari penambahan aseton ini adalah sebagai pelarut polar terhadap ekstrak
sampel tersebut kemudian hasil ekstrak tersebut di uapkan dengan cara pemanasan
agar larutan kloroform yang ada dalam larutan tersebut habis menguap.
Dari
hasil percobaan tersebut di dapatkan ekstrak kental dengan dua fase yaitu pada
penambahan kloroform fase berwarna hijau dan pada penambahan aseton fase pada
campuran tersebut berwarna hijau dan merah, dimana fase yang berwarna hijau
merupakan klorofil dan fase yang berwarna merah merupakan santofil dari sampel
tersebut. Dari perlakuan tersebut didapatkan ekstrak kental sebelum pemanasan sebesar
3,42 g dan ekstrak kental setelah pemanasan sebesar 1,24 gr dengan berat wadah
yang ditempati sebesar 5,50 gr sehingga bobot ekstrak setelah penguapan sebesar
0,8 gr. Dengan demikan didapatkanlah
Presentasi kadar dari sampel daun bayam tersebut dimana sampel bobot ekstrak
setelah penguapan dibagi dengan bobot wadah yang digunakan dikali dengan 100 %
adalah sebesar 14,545 %. Hal ini berarti dalam 5 gram sampel daun bayam
di peroleh kadar lemak sebesar 14,545 %.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Dalam
metode pemisahan dengan cara esktraksi pelarut cair-cair dilakukan dengan
pemisahan lapisan ekstrak dan organiknya dalam suatu sampel daun bayam dengan
menggunakan corong pisah.
2.
Nilai
persentasi kadar (KD) diperoleh sebesar 14,545 %.
B.
Saran
Saran
dari percobaan ini sebaiknya untuk percobaan selanjutnya digunakan sampel daun
pandan atau daun ubi jalar agar dapat diketahui perbedaan warna dari sampel
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
”Aseton”.
http//id. Wikipedia. Org/ 17 April2012
“Ekstraksi”.
http//id. Wikipedia. Org/ 17 April 2012
“Ekstraksi
Cair” http//www. Chem.-is-try. Org/ 17 April 2012
Gillis,
oxtoby. Prinsip-prinsip Kimia Modern
Jilid I. Jakarta: Erlangga, 2001
“Kloroform”.
http//id. Wikipedia. Org/ 17 April2012
Khopkar,
S.M. Dasar-dasar Kimia Analitik.
Jakarta: Erlangga, 2008
Underwood,
A.L. Analisis Kimia Kuantitatif.
Jakarta: Erlangga, 1986
Wibawads, Indra. Ekstraksi Cair-cair. http// indrawibawads. Wordpress.com/ 17 April
2012
No comments:
Post a Comment