LEMBAR
PENGESAHAN
Laporan lengkap paktikum Kimia
Anorganik dengan judul “ Pembuatan Terusi”
disusun oleh :
Nama : Abdul Rahman Arif
NIM : 60500110002
Kelompok : II (Dua)
telah
diperiksa dan dikonsultasikan oleh koordinator asisten/asisten dan dinyatakan
diterima.
Samata,
April 2012
Koordinator
Asisten
Asisten
(
Wahyuni S.Si ) ( Akhwani Mutiara Dewi )
Mengetahui
Dosen
Penanggung Jawab
(
Syamsidar HS. S.T, M. Si )
NIP
: 19760330 200912 2 002
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam suatu Sistem Periodik Unsur, tembaga (Cu)
termasuk ke dalam golongan 11. Tembaga, perak dan emas disebut logam koin
karena dipakai sejak lama sebagai uang dalam bentuk koin. Hal ini disebabkan
oleh logam ini tidak reaktif, sehingga tidak berubah dalam waktu yang lama.
Tembaga adalah logam berdaya hantar listrik tinggi, maka dipakai sebagai kabel
listrik. Tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga
teroksidasi oleh asam nitrat (HNO3)
sehingga tembaga larut dalam asam nitrat. Tembaga (II) sulfat mempunyai banyak kegunaan
di bidang industri diantaranya untuk mebuat campuran Bordeaux (sejenis
fungisida) dan senyawa tembaga lainnya. Senyawa ini juga digunakan dalam
penyepuhan dan pewarnaan tekstil serta sebagai bahan pengawet kayu. Bentuk
anhidratnya digunakan untuk mendeteksi air dalam jumlah kelumit, tembaga sulfat
juga dikenal sebagai vitriol biru (Annisanfushie, 2008).
Tembaga
(II) sulfat merupakan padatan kristal biru, CuSO4.5H2O
triklin. Pentahidratnya kehilangan 4 molekul air pada 1100 C dan
yang ke lima pada 1500C membentuk senyawa anhidrat berwarna putih. Pentahidrat
ini dibuat dengan mereaksikan tembaga (II) oksida atau tembaga (II) karbonat
dengan asam sulfat encer, larutannya
dipanaskan hingga jenuh dan pentahidrat yang biru mengkristal jika didinginkan.
Pada skala industri, senyawa ini dibuat dengan memompa udara melalui campuran
tembaga panas dengan H2SO4 encer. Dalam bentuk
pentahidrat, setiap ion tembaga (II) dikelilingi oleh empat molekul air pada
setiap sudut segi empat, kedudukan kelima dan keenam dari oktahedral ditempati
oleh atom oksigen dari anion sulfat, sedangkan molekul air kelima terikat oleh
ikatan hidrogen (Annisanfushie, 2008).
Berdasarkan
penjabaran di atas maka untuk mengetahui lebih mendalam tentang tembaga sulfat
pentahidrat maka dilakukanlah percobaan tentang cara pembuata terusi (CuSO4.5H2O).
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dari percobaan ini adalah :
1.
Bagaimana
teknik pembuatan terusi ?
2.
Berapa
persen rendemen terusi yang dapat dihasilkan ?
C.
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1.
Mengetahui
teknik pembuatan terusi.
2.
Menghitung
rendamen Kristal terusi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tembaga
memiliki elektron s tunggal diluar kulit 3d yang terisi. Ini agak kurang umum
dengan golongan alkali kecuali stoikiometri formal dalam tingkat oksidasi +1.
Kulit d yang terisi jauh kurang reaktif daripada kulit gas mulia dalam
melindungi elektron s dari muatan inti sehingga potensial pengionan pertam
tembaga lebih tinggi daripada golongan alkali. Karena elektron-elektron pada
kulit d juga dilibatkan dalam ikatan logam, panas penyubliman dan titik leleh
tembaga juga jauh lebih tinggi daripada alkali, faktor-faktor ini bertanggung
jawab bagi sifaf lebih mulia tembaga. Pengaruhnya adalah membuat lebih kovalen
dan memberikan energy kisi yang lebih tinggi dan tidak dilampaui oleh jari-jari
Cu+ yang lebih kecil (Suharto, 2009, hal: 477).
Potensial
pengionan kedua dan ketiga tembaga sangat jauh lebih rendah daripada potensial
kedua dan ketiga alkali dan berperan untuk sifaf logam transisi pada sistem
priodik unsure. Tembaga murni merupakan penghantar panas tinggi di antara senua
logam dan konduktor listrik kedua setelah perak. Tembaga adalah logam yang
relative lunak dan sering digunakan sebagai logam paduan, misalnya kuningan dan
perunggu (Sugiyarto, 2010, hal: 307).
Tembaga
tidak melimbah namun terdistribusi secara luas sebagai logam dalam sulfida,
arsenida, klorida dan karbonat, mineral yang paling umum adalah CuFeS2.
Tembaga diekstraksi dengan pemanggangan dan peleburan oksidatif atau dengan
pencucian dengan bantuan mikroba yang diikuti oleh elektrodeposisi dari larutan
sulfat. Tembaga digunakan dalam aliansi kuningan seperti kuningan dan bercampur
sempurna dengan emas, sangat lambat teroksidasi superficial dalam uap udara,
kadang-kadang menghasilkan lapisan hijau hidrokso karbonat dan hidrokso sulfat
yang berasal dari SO2 dalam atmosfer. Disamping itu pula tembaga
mudah larut dalam asam nitrat dan dalam asam sulfat tanpa adanya oksigen dan larut dalam larutan KCN atau
ammonia dengan adanya oksigen. Pelarutan tembaga, hidroksida dankarbonat dalam
asam menghasilkan ion akuo hijau kebiruan, dua dari molekul-molekul air berada
lebih jauh daripada empat yang lainnya. Di antara berbagai kkristal hidrat
lainnya, sulfat biru, CuSO4.5H2O atau terusi adalah yang
paling dikenal. Hal ini dikarenakan dapat terdehidrasi menjadi zat anhidrat
yang benar-benar putih, penambahan ligan pada larutan akua menyebabkan
pembentukan kompleks dengan pertukaran molekul air secara berurutan (Suharto,
2009, hal: 481).
Ada dua deret senyawa tembaga.
Senyawa-senyawa tembaga (I) diturunkan dari tembaga (I) oksida CuO2
yang merah, dan mengandung ion tembaga (I) Cu+.
Senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam tembaga (I) tak larut dalam
air, perilakuknya mirip perilaku senyawa perak (I). Keduanya mudah
dioksidasikan menjadi senyawa tembaga (II) yang dapat diturunkan dari tembaga
(II) oksida dan CuO, Garam-garam tembaga
umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat maupun dalam larutan air.
Garam-garam tembaga (II) anhidrat seperti tembaga (II) sulfat anhidrat CuSO4, berwarna putih atau sedikit kuning dan dalam
larutan air selalu terdapat ion kompleks (Vogel, 1979, hal: 229-239).
Tembaga
(II) sulfat mempunyai banyak kegunaan di bidang industri diantaranya untuk
mebuat campuran Bordeaux (sejenis fungisida) dan senyawa tembaga lainnya.
Senyawa ini juga digunakan dalam penyepuhan dan pewarnaan tekstil serta sebagai
bahan pengawet kayu. Bentuk anhidratnya digunakan untuk mendeteksi air dalam
jumlah kelumit. Tembaga sulfat juga dikenal sebagai vitriol biru (Ashoff,
2011).
Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan
larutan
atau kristalisasi merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di
mana terjadi perpindahan massa dari
suat zat terlarut dari cairan larutan ke fase kristal padat. Karakter proses
kristalisasi ditentukan oleh termodinamika dan faktor kinetik, yang bisa membuat
proses ini sangat bervariasi dan sulit dikontrol. Seperti tingkat
ketidakmurnian, metoda penyamburan, desain wadah dan profil pendinginan bisa
berpengaruh besar terhadap ukuran, jumlah dan bentuk kristal yang dihasilkan. Pemisahan dengan
teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam
sebuah campuran homogeen atau larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat
terlarutnya. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang
sangat penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian produk
hingga 100%. Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi
lewat jenuh kondisi tersebut terjadinya karena pelarut sudah tidak mampu
melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi kapasitas
pelarut. Sehingga kita dapat memaksa agar kristal dapat terbentuk dengan cara
mengurangi jumlah pelarutnya, sehingga kondisi lewat jenuh dapat dicapai.
Proses pengurangan pelarut dapat dilakukan dengan empat cara yaitu, penguapan,
pendinginan, penambahan senyawa lain dan reaksi kimia (Kristalisasi, 2012).
Dalam kimia, rendemen reaksi
atau hanya rendemen merujuk pada
jumlah produk
reaksi yang dihasilkan pada reaksi kimia. Rendemen absolut dapat ditulis sebagai berat dalam gram atau mol sedangkan rendemen
relatif yang digunakan sebagai perhitungan efektivitas prosedur,
dihitung dengan membagi jumlah produk yang didapatkan dalam mol dengan rendemen teoritis dalam mol. Untuk
mendapatkan rendemen persentase,
kalikan rendemen fraksional dengan 100%. Satu atau lebih reaktan dalam reaksi
kimia sering digunakan berlebihan,
rendemen teoritisnya dihitung berdasarkan jumlah mol pereaksi pembatas. Untuk
perhitungan ini, biasanya diasumsikan hanya terdapat satu reaksi yang terlibat.
Nilai rendemen kimia yang ideal yaitu rendemen secara teoritis adalah 100%,
sebuah nilai yang sangat tidak mungkin dicapai pada prakteknya (Rendemen,
2012).
Etanol adalah sejenis cairan
yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna dan merupakan alkohol yang
paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat
ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer
modern. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal dengan rumus kimia
C2H5OH dan rumus empiris
C2H6O. Ia merupakan isomer
konstitusional dari dimetil eter. Fermentasi
gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling awal
yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan juga
telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk
kegunaan industri dihasilkan dari produk sampingan pengilangan minyak bumi.
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang
ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum,
perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut
yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya.
Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar (Etanol,
2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
1.
Waktu
Hari /tanggal : Kamis/19 April 2012
Pukul : 13.00 – 17.00 WITA
2.
Tempat
Laboratorium Kimia Anorganik
Lantai I Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Alauddin Makassar
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat
a.
Botol
semprot 1 buah
b.
Corong 1 buah
c.
Spatula
1 buah
d.
Bulp
1 buah
e.
Pengaduk
kaca 1
buah
f.
Gelas
kimia 300 mL 1 buah
g.
Gelas
ukur 400 mL 1
buah
h.
Gelas
ukur 100 mL 1
buah
i.
Cawan
porselin 1 buah
j.
Pipet
skala 5 mL 1
buah
k.
Pipet
skala 10 mL 1 buah
l.
Neraca
digital 1 buah
2.
Bahan
a.
Asam
nitrat (HNO3) 12,5
mL
b.
Asam
sulfat (H2SO4) 3,25
mL
c.
Aquadest
(H2O) 25 mL
d.
Kertas
saring biasa
2 buah
e.
Serbuk
tembaga (Cu) 2,5 gr
f.
Tissue
1 gulung
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari percobaan ini adalah
:
1.
Memasukkan
air sebanyak 25 mL ke dalam gelas kimia lalu menambahkan 3,25 gr asam sulfat
pekat (H2SO4).
2.
Mengaduk
sampai kedua larutan bercampur lalu menambahkan 2,5 gr serbuk tembaga (Cu).
3.
Memasukkan
sedikit demi sedikit asam nitrat pekat (HNO3) sebanyak 12,5 mL lalu
mengaduknya sampai semua serbuk tembaga (Cu) larut.
4.
Memanaskan
dalam ruang asam sampai gas coklat tua tidak keluar lagi, jika masih ada serbuk
tembaga (Cu) yang belum larut maka saringlah dalam keadaan panas.
5.
Biarkan
larutan pada suhu kamar sampai terbentuk
kristal
6.
Menyaring
kristal yang terbentuk lalu mencuci kristal tersebut dengan etanol.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Aqudest 25 mL(bening) + asam sulfatt 3,25 mL (bening) larutan bening + serbuk tembaga (merah
bata) 2,5 gr campuran merah bata + asam nitrat 12,5
mL(bening) uap cokelat
(larutan cokelat)
dipanaskan larutan biru tua didiamkan kristal.
Bobot kosong kertas saring = 0,934 gr
Bobot kertas saring + sampel = 7,766 gr
Bobot Kristal =
6,8313 gr
B.
Reaksi
1.
H2SO4 + H2O(l) H3O+(aq) + HSO4ˉ(aq)
2.
3Cu(s) +
8H+(aq) + 2NO3- (aq) 3Cu2+(aq) +
2NO(g) + 4H2O
3.
2NO(g)
+ O2(g) 2NO(g)
4.
2Cu + 2 H2SO4 + O2(g)
2CuSO4
+ 2H2O(l)
5.
Cu2+ + 3H2O + H2SO4 + 2HNO3 CuSO4.5H2O + 2NO2
C. Analisis
data
Berat Cu = 2,5 gr
Mr Cu = 63,5 gr/mol
Mr CuSO4.H2O
=
249,5 gr/mol
Massa
kristal
Mol Cu =
=
= 0,0394 mol
Mol CoSO4.5H2O =
gr =
0,0395 mol.249,5 gr/mol
= 9,830 gr
% rendamen = berat Cu – berat terusi X 100 %
Berat
terusi
= 6,8313 gr X
100 %
8,9405 gr
= 69,492 %
D.
Gambar
Struktur
Molekul Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO4.H2O)
B.
Pembahasan
Percobaan
ini bertujuan untuk mengetahui teknik pembuatan terusi, dimana bahan yang digunakan yaitu aquadest (H₂O),
asam nitrat pekat (HNO₃), asam sulfat pekat (H₂SO₄),
kertas saring dan serbuk tembaga (Cu), hal yang pertama dilakukan yaitu
mencampurkan larutan H₂SO₄
pekat sebanyak 3,25 ml dan air
sebanyak 25 ml, dimana air terlebih
dahulu dimasukkan ke dalam gelas kimia kemudian asam sulfat. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi ledakan karena pengenceran
asam sulfat pekat dengan air menghasilkan panas yang bersifaf eksotermis karena
daya tarik asam sulfat terhadap air sangat kuat, dimana reaksi yang terjadi:
H₂SO₄(aq)+
H₂O(l)
→ H₃O
(aq) + HSO₄ˉ(aq).
Kemudian menambahkan sebanyak 2,5 gram serbuk tembaga pada larutan tersebut ,
asam sulfat tidak akan membuat serbuk
tembaga tersebut menjadi larut akan tetapi larutan asam sulfat tersebut berfungsi
untuk membuat suasana asam dan membentuk gugus sulfat pada tembaga hingga
terbentuk tembaga sulfat sehingga untuk
melarutkan serbuk tembaga tersebut ditambahkan
12,5 ml asam nitrat pekat, karena tembaga dapat teroksidasi dan larut
dalam asam nitrat pekat sehingga akan
terjadi reaksi :
3Cu(s) + 8H+(aq) + 2NO₃
ˉ(aq) → 3Cu(s)+
2NO(g) + 4H₂O(l)
Apabila ketiga larutan tersebut
tercampur maka akan mengeluarkan gas NO
yang tidak berwarna, namun pada percobaan ini gas yang dihasilkan berwarna coklat,
hal ini disebabkan karena karena gas NO
sangat reaktif terhadap oksigen membentuk gas NO2 yang berwarna
cokelat, terdapat endapan dan berasap sehingga akan terbentuk reaksi adalah:
2NO(g) + O₂(g)
→ 2NO₂(g)
Setelah itu dilakukan pemanasan
sampai gas berwarna cokelat tersebut
tidak keluar lagi, dimana pemanasan tersebut berfungsi untuk mempercepat reaksi, kemudian mendidihkan
larutan sampai terbentuk kristal.
Setelah itu menyaring kristal dengan kertas saring, hal ini bertujuan
untuk memisahkan fase cair dar kristal yang terbentuk kemudian mencuci kristal
dengan sedikit etanol , hal ini bertujuan untuk melepaskan hidrat dari kristal
yang terbentuk. Dengan menggunakan persamaan rendemen dimana massa secara praktek dibagi dengan massa secara
teori dikali dengan 100 % maka didapatkan hasil kristal terusi sebesar 69,49 %.
Ini berarti kristal yang didapatkan dalam praktek sudah mendekati dengan
kristal yang murni.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
dari percobaan ini adalah:
1.
Garam
terusi (CuSO4.5H2O) dapat dibuat dengan teknik kristalisasi, dimana garam
tembaga sulfat (CuSO4) tersebut berwarna biru tua.
2.
Rendamen
yang diperoleh sebesar 69,4922 %.
B. Saran
Saran dari percobaan ini adalah
sebaiknya pada percobaan selanjutnya serbuk tembaga tersebut diganti dengan
kawat tembaga bekas, agar dapat diketahui perbedaan persen rendamennya.
DAFTAR PUSTAKA
Annisafushie.
Pembuatan CuSO4.5H2O.
http//annisafushie. wordpress. com/2008/ 20 April 2012
Ashoff.
Tembaga (II). http//www. chem-is-try.
com/ 20 April 2012
“Etanol”.
http//id. Wikipedia. org/ 20 April 2012
“Kristalisasi”.
http//id. Wikipedia. org/ 20 April 2012
“Rendamen”.
http//id. wikipedia. org/ 20 April 2012
Sugiyarto, H.
Kristian. Kimia Organik Logam.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010
Suharto,
Sahati. Kimia Anorganik Dasar.
Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 2009
Vogel.
Analisis Annorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Bagian I. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka, 1979
No comments:
Post a Comment